Perang Inggris-Skotlandia (1650–1652)
invasi Skotlandia oleh Inggris dari tahun 1650 hingga 1652 / From Wikipedia, the free encyclopedia
Perang Inggris-Skotlandia tahun 1650–1652 atau Perang Saudara Inggris III adalah konflik terakhir dalam Perang Tiga Negara, rentetan bentrok senjata dan intrik politik di antara faksi-faksi keagamaan dan politik dengan keberpihakan yang suka berubah-ubah di Inggris, Skotlandia, dan Irlandia.
Perang Inggris-Skotlandia (1650–1652) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Tiga Negara | |||||||||
Cromwell di Dunbar, karya Andrew Carrick Gow | |||||||||
| |||||||||
Pihak terlibat | |||||||||
Skotlandia | Inggris | ||||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||||
Oliver Cromwell |
Pada tahun 1650, pemerintah Persemakmuran Inggris mengerahkan Angkatan Perang Baru menyerbu Skotlandia demi menjegal upaya Raja Charles II menginvasi Inggris lewat pengerahan angkatan perang Skotlandia. Perang Saudara Inggris I dan II yang berkecamuk dari tahun 1642 sampai 1648 merupakan perang perebutan kekuasaan di antara golongan Royalis yang memihak Raja Charles I dan golongan Parlementer. Sesudah golongan Royalis terkecundang untuk kedua kalinya, pemerintah Inggris, yang kesal dengan sikap bermuka dua Raja Charles I dalam berunding, mengeksekusi mati sang raja pada tanggal 30 Januari 1649. Selain menjadi kepala negara Inggris, Raja Charles I juga adalah kepala negara Skotlandia, sebuah negara merdeka dan berdaulat pada masa itu. Skotlandia mendukung golongan Parlementer pada perang saudara yang pertama, tetapi mengerahkan angkatan perangnya untuk membantu Raja Charles I pada perang saudara yang kedua. Parlemen Skotlandia, yang tidak diajak bermusyawarah sebelum eksekusi mati tersebut dilaksanakan, mempermaklumkan putra mendiang, Charles II, sebagai Raja Britania.
Skotlandia pun bergegas membentuk angkatan perang pada tahun 1650. Lantaran merasa terancam, para petinggi Persemakmuran Inggris mengerahkan Angkatan Perang Baru yang dipanglimai Oliver Cromwell untuk menginvasi Skotlandia pada tanggal 22 Juli. Angkatan perang Skotlandia yang dipanglimai David Leslie mundur ke Edinburgh dan berusaha mengelak pertempuran. Sesudah sebulan bermanuver, tanpa disangka-sangka Cromwell memimpin angkatan perang Inggris melancarkan serangan dari Dunbar pada malam hari tanggal 3 September dan berhasil menimpakan kekalahan telak ke atas angkatan perang Skotlandia. Pejuang-pejuang Skotlandia yang selamat lantas menyingkir dari Edinburgh dan berlindung di Stirling, kota yang stategis letaknya di daerah tanah genting. Kendati sudah kuat bercokol di selatan Skotlandia, angkatan perang Inggris tak kunjung berhasil menembus pertahanan Stirling. Sesudah menyeberangi Kuala Forth dengan perahu-perahu yang dirancang khusus pada tanggal 17 Juli 1651, angkatan perang Inggris menggempur dan mengalahkan angkatan perang Skotlandia dalam Pertempuran Inverkeithing pada tanggal 20 Juli. Kemenangan Inggris membuat pasukan Skotlandia yang bertahan di Stirling tersekat dari sumber pasokan perbekalan maupun bala bantuan.
Dengan keyakinan bahwa satu-satunya pilihan lain adalah menyerah, Charles II melancarkan invasi ke Inggris pada bulan Agustus. Cromwell diuber-uber, beberapa tokoh Inggris berbalik memihak raja, dan pemerintah Inggris membentuk satu angkatan perang berkekuatan besar. Cromwell memancing sisa-sisa pejuang Skotlandia ke Worcester pada tanggal 3 September, menghancurkan kekuatan tempur mereka sampai tuntas, dan dengan demikian menyudahi Perang Tiga Negara. Charles II termasuk salah seorang di antara segelintir pejuang Skotlandia yang selamat. Kenyataan bahwa rakyat Inggris rela berjuang bahkan berjaya membela pemerintahan yang bertatanan republik kian mengukuhkan posisi rezim baru. Pemerintahan Skotlandia dibubarkan dan wilayahnya disatukan dengan wilayah Persemakmuran Inggris. Sesudah melewati berbagai konflik internal, Cromwell akhirnya tampil menjadi kepala pemerintahan sekaligus kepala negara Persemakmuran Inggris dengan gelar Tuan Pelindung. Konflik internal yang timbul menyusul kematian Cromwell berakhir dengan dinobatkannya Charles II menjadi Raja Inggris pada tanggal 23 April 1661, dua belas tahun sesudah penobatannya di Skotlandia, dan dengan demikian paripurnalah perjuangan pemulihan daulat raja-raja wangsa Stuart.