Malahayati
laksamana Aceh dan pahlawan nasional Indonesia / From Wikipedia, the free encyclopedia
Keumalahayati (01 Januari 1550 – 30 Juni 1615 ) adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530–1539 M. Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513–1530 M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.[1]
Malahayati | |
---|---|
Lahir | (1550-01-01)1 Januari 1550 Aceh Besar, Kesultanan Aceh |
Meninggal | 30 Juni 1615(1615-06-30) (umur 65) Aceh Besar, Kesultanan Aceh |
Sebab meninggal | Gugur saat melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis yang dipimpin Laksamana Martim Afonso De Castro |
Makam | Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar 5°35′28.9″N 95°31′40.3″E |
Nama lain | Keumalahayati |
Warga negara | Kesultanan Aceh |
Almamater | Akademi Militer Ma'had Baitul Maqdis |
Dikenal atas | ● Pejuang Perang Aceh, Pahlawan Nasional Indonesia |
Lawan politik | Belanda (VOC) Portugis Spanyol |
Suami/istri | Laksamana Zainal Abidin |
Orang tua | Laksamana Mahmud Syah |
Keluarga | Laksamana Muhammad Said Syah (Kakek) Sultan Salahuddin Syah (Buyut) |
Pada tahun 1585–1604, dia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.[2]
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Dia mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati[3] Saat meninggal dunia, jasad Malahayati dikebumikan di bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar.[4]