Pemberontakan Boxer
pemberontakan anti-imperialis yang terjadi di Tiongkok dari 1899 hingga 1901 / From Wikipedia, the free encyclopedia
Pemberontakan Boxer (Hanzi sederhana: 义和团运动; Hanzi tradisional: 義和團運動)adalah pemberontakan di Tiongkok dari November 1899 sampai 7 September 1901, terhadap kekuasaan asing di sektor perdagangan, politik, agama, dan teknologi.[1] Boxer memulai aksinya sebagai gerakan anti-asing, anti-imperialis, dan merupakan pergerakan berdasarkan petani di Tiongkok Utara.[1] Mereka menyerang orang asing yang membangun jalur kereta api dan melanggar Feng Shui, dan juga orang Kristen yang dianggap bertanggung jawab untuk dominasi asing di Tiongkok.[1] Pada Juni 1900, Boxer menyerang Beijing dan membunuh 230 orang non-Tionghoa. Banyak Tionghoa Kristen, orang Katolik terbunuh di provinsi Shandong dan Shanxi sebagai bagian dari pemberontakan.[1] Dengan slogan "扶清灭洋" ("Dukung Qing, hancurkan Barat"), mereka terus beraksi.[1]
Pemberontakan Boxer | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Tentara Boxer | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Aliansi 8 Negara Konsesi Asing dan Wilayah Sewaan: Kerajaan Belanda Gerakan Perlindungan Tiongkok Selatan | |||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Sir Edward Seymour Ratu Wilhelmina Yuan Shikai Li Hongzhang |
Ci Xi Kaisar Guangxu Ma Fulu † Nie Shicheng † Dong Fuxiang Ma Fuxiang Ma Fuxing Ma Yukun Ronglu Zaiyi Yuxian Song Qing Cao Futian Zhang Decheng † Ni Zanqing Lin Hei'er (POW)(menghilang) | ||||||
Kekuatan | |||||||
20.000 awal 49.000 total |
50.000-100.000 Boxer 70.000 Pasukan kerajaan | ||||||
Korban | |||||||
2.500 tentara, 526 orang asing/Kristen Cina |
Hampir semua Boxer, ? Pasukan kerajaan | ||||||
Penduduk = 18.952+ |
Diplomat, penduduk, tentara asing, serta beberapa Tionghoa Kristen melarikan diri ke Legation Quarter dan tinggal selama 55 hari hingga Aliansi Delapan Negara datang dengan 20.000 tentara untuk memadamkan pemberontakan.[1]
Protokol Boxer pada 7 September 1901 mengakhiri pemberontakan dan mengenakan sanksi yang berat terhadap Dinasti Qing, seperti ganti rugi sebesar 450 juta tael perak.[2] Adanya protokol ini sangat mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, dan sosial pemerintah dan penduduk Tiongkok pada saat itu.[2] Pemerintahan tidak lagi dipercaya dan terjadi kenaikkan pajak yang besar menyebabkan Dinasti Qing semakin melemah dan akhirnya dijatuhkan melalui Revolusi Xinhai.[2]