Wanita Baru
From Wikipedia, the free encyclopedia
Wanita Baru (bahasa Inggris: New Woman) adalah sebuah gagasan feminis yang timbul pada akhir abad ke-19 dan memiliki pengaruh menonjol pada feminisme sampai abad ke-20. Istilah "Wanita Baru" digunakan oleh seorang penulis berkebangsaan Irlandia, Sarah Grand (1854-1943) pada tahun 1894 dalam salah satu artikelnya yang memiliki pengaruh yang cukup besar. Dalan artikel tersebut, ia menggunakan istilah ini untuk merujuk kepada wanita mandiri yang menghendaki adanya perubahan. Hal ini kemudian diikuti oleh salah seorang penulis dari Inggris, Ouida (Maria Louisa Rame) yang menggunakan istilah yang sama sebagai judul artikel sebagai balasan terhadap artikel yang ditulis oleh Grand.[1][2]
Penulis berkebangsaan Inggris-Amerika, Henry James, kemudian memopulerkan istilah ini. Ia menggunakannya untuk menggambarkan pertumbuhan jumlah wanita karir di Eropa dan Amerika Serikat yang mandiri, berpendidikan, serta mendukung gerakan feminisme.[3] Konsep Wanita Baru ini mendobrak batas-batas yang ditetapkan oleh masyarakat yang didominasi oleh laki-laki, seperti yang diperagakan dalam salah sebuah sandiwara karya Henrik Ibsen (1828-1906) dari Norwegia.
Meskipun seorang Wanita Baru memiliki peran yang lebih aktif dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat dan juga bagian dari tenaga kerja, ia paling sering digambarkan sebagai seseorang yang mengerahkan otonominya di ranah domestik maupun pribadi dalam bidang sastra, teater, dan bidang artistik lainnya.[4]
Perjuangan yang dilakukan para pejuang hak suara perempuan di abad ke-19 agar wanita mendapatkan hak demokrasi mereka adalah salah satu hal yang paling berpengaruh terhadp gagasan Wanita Baru. Kesempatan untuk mengenyam pendidikan serta mendapatkan pekerjaan bagi para wanita semakin meningkat seiring dengan adanya perubahan yang dialami oleh negara-negara barat ke arah perkotaan dan industri. Para "pekerja kerah merah muda" memberi para wanita pijakan di bidang bisnis dan kelembagaan. Pada tahun 1870, hanya 6,4 persen wanita yang memiliki pekerjaan dari seluruh tenaga kerja non-pertanian di Amerika Serikat; lalu pada tahun 1910, angka ini meningkat menjadi 10 persen, dan menjadi 13 persen di tahun 1920.[5]